Tradingan – Di #tengah #euforia dan #teriakan “to the moon” yang #mendorong Bitcoin (BTC) mendekati #all-time high baru, suara satu #analis ini #bagai air dingin di tengah terik. Berlawanan dengan arus mayoritas, ia justru memprediksi kehancuran besar-besaran. Prediksinya tidak hanya memperkirakan BTC jatuh di bawah level $100.000—yang diyakini banyak orang sudah menjadi masa lalu—tetapi mengalami collaps lebih dari 60% dari level saat ini.
Analisis kontroversial ini, yang menggambarkan skenario flash crash (runtuh sesaat), memperingatkan adanya pembalikan harga drastis ke level yang tidak terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah narasi yang menantang optimisme pasar dan mengingatkan semua orang akan volatilitas ekstrem aset kripto.
Baca juga: Risk Management dalam Copy Trading & Social Trading Platforms

Sebuah Posisi Short dengan Keyakinan dan Target yang Menggetarkan
Analis kripto yang menggunakan pseudonim Dick Dandy baru-baru ini mengungkapkan langkah beraninya. Dalam sebuah postingan yang viral, Dandy mengonfirmasi bahwa ia akan masuk ke dalam posisi short (menjual) Bitcoin di kisaran $121.400 hingga $121.700. Namun, bagian yang lebih menarik—dan membuat banyak orang bergidik—adalah target take-profit (ambil untung) yang ia tetapkan untuk posisi ini.
Target pertama berada di level $105.700, kemudian turun terus menerus hingga $85.800. Dari sini, Dandy memperkirakan harga Bitcoin akan terus anjlok tanpa ampun hingga jatuh di bawah $50.000 dan mencetak harga yang terakhir kali terlihat pada awal 2024.
Target utamanya yang paling mencengangkan adalah $43.900. Pencapaian target ini berarti penurunan lebih dari 60% dari level saat ini. Namun, Dandy tidak berhenti di situ. Ia yakin penurunan bisa berlanjut lebih dalam.
Strategi Hedging: Bersiap untuk Semua Kemungkinan
Memahami bahwa prediksinya sangat ekstrem, Dandy juga menunjukkan kedewasaan dalam manajemen risiko. Ia mengakui kemungkinan bahwa Bitcoin bisa mengalami pemulihan kuat dari level sekitar $35.000. Untuk mengantisipasi skenario ini, ia menjelaskan rencana untuk membuka posisi long (beli) sebagai lindung nilai (hedge) terhadap posisi short-nya.
“Ini adalah langkah perlindungan. Pasar tidak pernah pasti 100%. Namun, pembukaan posisi long ini tidak mengubah keyakinan inti saya bahwa harga Bitcoin pada akhirnya akan terus menurun,” kata Dandy, menegaskan bahwa strategi hedging-nya bukanlah tanda keraguan.
Target akhir jangka panjangnya benar-benar di luar perkiraan banyak orang: $10.000. Ia percaya bahwa pada akhirnya, Bitcoin akan menemui dasar di level tersebut.
Baca Juga: Cara Membuat Model Simulasi Risk/Reward Menggunakan Excel atau Google Sheet
Anatomi Runtuhnya: Teori di Balik Prediksi Flash Crash
Lalu, apa dasar dari prediksi suram ini? Dalam postingan terpisah, Dick Dandy menjelaskan teorinya yang berpusat pada pertarungan antara trader retail dan market maker (pembuat pasar).
Menurutnya, market maker pada dasarnya menyediakan likuiditas yang memungkinkan trader kripto menggunakan leverage (pinjaman trading) untuk membuka posisi besar. Namun, pada akhirnya, tujuan market maker adalah mendapatkan uang mereka kembali sambil memastikan sebagian besar trader tidak terus-menerus untung besar dari perdagangan mereka.
Dinamika ini sering memicu pergerakan harga tajam yang dikenal di kalangan trader sebagai “Stop Hunts” atau “Perburuan Stop Loss.”
Bagaimana “Stop Hunt” Bekerja?
- Pasar bergerak sideways atau naik perlahan, mengumpulkan banyak posisi long dengan leverage.
- Market maker, yang dapat melihat gumpalan besar perintah stop loss, mendorong harga turun dengan cepat ke area di mana posisi-posisi long tersebut disetel stop loss-nya.
- Begitu harga menyentuh level-level ini, terjadi reaksi berantai likuidasi paksa (mass liquidation). Posisi-posisi long terjual otomatis untuk membatasi kerugian trader.
- Gelombang jual ini mengembalikan likuiditas—bahkan lebih banyak—kepada market maker. Setelah “pembersihan” ini selesai, pasar seringkali kembali bergerak ke arah aslinya, tetapi banyak trader retail yang sudah tersingkir dan merugi.
Mengapa Penurunan 60% Bisa Terjadi? Soal Likuiditas dan “Harga Dasar”
Dandy berargumen bahwa mengapa gerakan sebesar 60-80% sangat mungkin terjadi adalah karena sebagian besar kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini adalah likuiditas semu yang digunakan untuk perdagangan leverage dan derivatif (seperti futures dan opsi).
“Yang diperdagangkan saat ini bukan hanya Bitcoin asli, tetapi lebih banyak lagi kontrak turunannya yang nilainya bisa berkali-kali lipat dari aset dasarnya. Ketika likuidasi besar terjadi, tekanan jualnya akan sangat dahsyat,” paparnya.
Lebih ekstrem lagi, Dandy memperkirakan “harga dasar” (floor price) sejati Bitcoin ada di sekitar $8.000. Angka ini ia dapatkan dengan mempertimbangkan sumber modal stabil yang masuk ke Bitcoin (seperti dari ETF) dan membaginya dengan “jumlah Bitcoin yang tersebar di pasar.” Dalam pandangannya, harga di atas level ini sebagian besar didorong oleh spekulasi dan leverage.
Peringatan Terakhir: Kecepatan adalah Kunci
Dandy menekankan bahwa semua ini akan terjadi sangat cepat, sesuai dengan istilah flash crash. Trader biasa akan memiliki sangat sedikit waktu untuk bereaksi.
“Semakin banyak perintah jual yang muncul, dan semakin besar kuantitas Bitcoin yang diperintahkan untuk dijual, semakin cepat harga akan jatuh. Ini adalah efek domino yang tidak bisa dihentikan,” pungkasnya.
Baca Juga: Strategi Scaling In & Scaling Out yang Efisien
Kesimpulan: Sebuah Pengingat di Tengah Euforia
Prediksi Dick Dandy tentu saja adalah sudut pandang minoritas yang sangat bearish. Banyak analis lain tetap percaya pada siklus bull market dan melihat setiap penurunan sebagai peluang beli. Namun, analisisnya berfungsi sebagai pengingat yang berharga tentang mekanisme pasar yang sering tak terlihat dan bahaya leverage yang berlebihan.
Dalam dunia yang didorong oleh narasi dan emosi, terkadang suara yang melawan aruslah yang patut didengarkan—bukan sebagai sebuah kepastian, tetapi sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi yang lebih kuat dan berhati-hati.