Tradingan – #Harga #Bitcoin, #aset #digital #terbesar di #dunia, mengalami #koreksi dan #melanjutkan #tren #penurunannya dari rekor tertinggi yang dicapai awal pekan ini. Setelah sempat mencetak rekor fantastis, sentimen pasar berubah menjadi hati-hati, mendorong harga untuk terkoreksi. Artikel ini akan mengupas secara mendalam faktor-faktor pendorong penurunan, dampaknya terhadap aset kripto lainnya dan saham terkait, serta prospek jangka menengah untuk Bitcoin.
Baca juga: Prediksi Menohok: Analis Ramal Bitcoin Crash 60% ke $43,900, Apa Dasar Teorinya?

Ringkasan Kondisi Pasar Terkini
Berdasarkan data dari CoinDesk pada hari Kamis, harga Bitcoin tercatat anjak turun 1% dalam 24 jam terakhir, menjadi $121,830. Pelemahan ini membuat kinerja mingguannya terkompresi hanya menjadi kenaikan sekitar 1% saja, mengisyaratkan bahwa momentum bullish mungkin sedang mengalami kelelahan sementara. Koreksi ini terjadi dalam kerangka yang wajar setelah kenaikan yang signifikan, dan para analis memandangnya sebagai bagian dari siklus pasar yang sehat.
Penyebab Utama Penurunan Harga Bitcoin
Beberapa faktor fundamental dan teknis diduga menjadi pemicu pelemahan harga Bitcoin:
- Aksi Ambil Untung (Profit-Taking) oleh Investor
Setelah harga mencetak rekor tertinggi baru, tidak dapat dihindari bahwa sebagian investor akan melakukan realisasi keuntungan (profit-taking). Ini adalah aksi yang sangat lumrah di mana trader menjual sebagian aset mereka untuk mengamankan keuntungan yang telah mereka dapatkan. Aksi jual secara kolektif ini menciptakan tekanan supply yang lebih besar daripada demand, sehingga secara alami mendorong harga untuk turun. Koreksi ini seringkali dianggap sebagai “jeda yang sehat” sebelum aset melanjutkan tren utamanya. - Penguatan Nilai Tukar Dolar AS (US Dollar)
Faktor eksternal yang signifikan adalah menguatnya nilai Dolar AS (USD). Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, menunjukkan kenaikan sekitar 1% dalam seminggu terakhir. Hubungan antara Bitcoin dan USD umumnya berbanding terbalik (inverse correlation). Ketika USD menguat, aset-aset berisiko tinggi seperti kripto cenderung kurang menarik karena investor mengalihkan dana ke aset safe-haven berbasis USD. Penguatan USD ini sendiri didorong oleh ekspektasi kebijakan moneter The Fed (Bank Sentral AS) yang lebih hawkish.
Baca juga: Risk Management dalam Copy Trading & Social Trading Platforms
Dampak Berantai pada Aset Kripto Lainnya (Altcoin)
Pelemahan yang dialami Bitcoin tidak terjadi dalam isolasi. Seperti biasa, volatilitas dari pemimpin pasar ini berdampak langsung pada aset kripto lainnya, yang sering disebut sebagai altcoin. Dalam 24 jam yang sama:
- Ether (ETH), aset kripto terbesar kedua, mengalami penurunan yang lebih dalam, yakni 3.6%.
- XRP juga terkoreksi sebesar 2.4%.
- Solana (SOL) relatif lebih stabil dengan penurunan moderat sebesar 0.3%.
Fenomena ini, yang dikenal sebagai “Bitcoin Dominance,” menunjukkan bahwa ketika Bitcoin melemah, altcoin-altoin utama cenderung mengalami penurunan dengan magnitudo yang lebih besar karena investor mencari perlindungan (safe-haven) dalam bentuk likuiditas atau aset yang lebih stabil.
Dampak pada Pasar Saham Terkait Kripto
Gelombang penjualan di pasar spot kripto juga berimbas pada performa saham-saham perusahaan yang bergerak di industri ini di pasar tradisional:
- Coinbase Global (COIN), bursa kripto terbesar di Amerika Serikat, mengalami penurunan harga saham sebesar 1.5% dalam perdagangan pra-pasar.
- MicroStrategy (MSTR), perusahaan yang dikenal agresif mengakumulasi Bitcoin sebagai cadangan treasurinya, juga turun 1.6%. (Dalam artikel asli disebut “Bitcoin-buyer Strategy”, yang merujuk pada MicroStrategy).
Korelasi ini semakin mengukuhkan keterkaitan erat antara performa aset kripto dengan valuasi perusahaan-perusahaan yang terpapar langsung pada industri blockchain dan digital asset.
Perbandingan dengan Pasar Ekuitas (Saham)
Sementara pasar kripto berwarna merah, pasar saham utama Amerika Serikat justru menunjukkan stabilitas. Berbeda dengan volatilitas tinggi di kripto, futures Indeks S&P 500 dan Nasdaq dilaporkan diperdagangkan relatif datar (flat) pada periode yang sama. Ini mengindikasikan bahwa tekanan jual yang terjadi sangat spesifik dan terbatas pada sektor aset kripto, dan bukan didorong oleh sentimen risk-off yang meluas di seluruh pasar keuangan global.
Prospek dan Outlook Ke Depan
Koreksi ini tidak serta merta menandai berakhirnya tren bull market untuk Bitcoin. Banyak analis memandang fase ini sebagai konsolidasi yang diperlukan untuk membangun dasar (base) yang lebih kuat sebelum melanjutkan pergerakan naik. Faktor-faktor mendasar yang mendukung Bitcoin dalam jangka panjang, seperti adopsi institusional yang terus berlanjut dan kebijakan moneter global, masih tetap intact. Investor disarankan untuk memantau level-level support kunci dan perkembangan makroekonomi, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga The Fed dan kekuatan Dolar AS.
Baca Juga: Cara Membuat Model Simulasi Risk/Reward Menggunakan Excel atau Google Sheet
Artikel ini disadur dan dianalisis lebih lanjut dari laporan asli oleh Elsa Ohlen dari Barron’s. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi elsa.ohlen@barrons.com.
Konten ini awalnya dibuat oleh Barron’s, yang dioperasikan oleh Dow Jones & Co. Perlu dicatat bahwa Barron’s diterbitkan secara independen dari Dow Jones Newswires dan The Wall Street Journal.
[…] Baca juga: Analisis Pasar Kripto: Penyebab dan Dampak Penurunan Harga Bitcoin dari Rekor Tertinggi […]
[…] Baca juga: Analisis Pasar Kripto: Penyebab dan Dampak Penurunan Harga Bitcoin dari Rekor Tertinggi […]