Tradingan – #Dalam #perkembangan yang #mencuri #perhatian #komunitas #kripto, #Shiba Inu (SHIB) mengalami kontraksi likuiditas yang signifikan. Data on-chain melaporkan lebih dari 142 miliar token SHIB, senilai jutaan dolar AS, telah ditarik dari berbagai pertukaran (exchanges) hanya dalam 24 jam terakhir. Fenomena arus keluar (outflow) masif ini memicu perdebatan seru di kalangan investor dan trader. Di satu sisi, ini bisa ditafsirkan sebagai sinyal optimis, namun di balik angka yang besar tersebut, tersembunyi potensi kerapuhan pasar yang mengkhawatirkan.
Baca juga: Analisis Pasar Kripto: Penyebab dan Dampak Penurunan Harga Bitcoin dari Rekor Tertinggi

Apa Arti Arus Keluar dari Exchange?
Secara tradisional, arus keluar aset kripto dari bursa dianggap sebagai sinyal bullish (optimis). Logikanya sederhana:
- Mengurangi Penjualan Instan: Token yang disimpan di dompet pribadi (cold storage) tidak dapat dijual secara instan. Ini mengurangi tekanan jual jangka pendek di pasar.
- Psikologi Hodling: Tindakan menarik aset dari bursa sering mengindikasikan niat investor untuk menyimpan dalam jangka panjang (hodl), alih-alih melakukan trading harian.
- Kelangkaan Semu: Jumlah token yang siap diperdagangkan di pasar spot menjadi berkurang, menciptakan kondisi kelangkaan yang dapat mendorong kenaikan harga jika permintaan tetap stabil atau meningkat.
Namun, konteksnya tidak sesederhana itu. Dalam situasi Shiba Inu saat ini, narasi positif ini dihadapkan pada realitas pasar yang suram.
Dibalik Angka: Kerapuhan di Balik Penyusutan Likuiditas
Meski arus keluar besar, harga SHIB justru terus mengalami tekanan dan bergerak mendekati level terendah jangka pendek di sekitar $0.0000119. Level ini terus menguji keyakinan investor. Lalu, di mana letak masalahnya?
Baca juga: Prediksi Menohok: Analis Ramal Bitcoin Crash 60% ke $43,900, Apa Dasar Teorinya?
- Tidak Diimbangi Permintaan Institusional: Penarikan token yang masif tidak serta-merta diikuti oleh peningkatan permintaan dari pembeli besar (whales) atau institusi. Tidak ada tanda-tanda konkret bahwa smart money sedang mengakumulasi SHIB secara agresif.
- Pasar Menjadi Rentan: Likuiditas yang menipis ibarat danau yang mengering. Meski airnya sedikit, gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu (order jual kecil) bisa lebih besar. Dalam istilah pasar, kondisi ini membuat SHIB sangat rentan terhadap volatilitas. Order jual yang relatif kecil dapat menyebabkan fluktuasi harga yang tidak proporsional.
- Struktur Teknikal yang Lemah: Dari sisi analisis teknikal, kondisi SHIB masih terlihat suram. Token ini gagal untuk kembali menguasai Moving Average kunci (seperti MA 50 atau MA 200) pada grafik harian, yang merupakan indikator penting dari momentum bullish.
Analisis Teknis: Volume Turun, Momentum Mandek
Mari kita tilik lebih dalam kondisi teknikal SHIB:
- Volume Perdagangan Menyusut: Salah satu sinyal paling mengkhawatirkan adalah penurunan volume perdagangan. Ini menunjukkan bahwa minat dan partisipasi trader terhadap SHIB sedang memudar. Pasar tanpa volume yang sehat ibarat kapal tanpa angin—sulit untuk bergerak signifikan ke suatu arah.
- RSI Netral: Indikator Relative Strength Index (RSI) masih berkutat di area netral. Ini menunjukkan tidak ada kekuatan beli atau jual yang dominan, mencerminkan ketidakpastian dan kebingungan pasar.
- Dukungan Kritis: Harga SHIB saat ini hanya bertahan sedikit di atas level dukungan tahunan. Jika level ini jebol, risiko penurunan harga yang lebih dalam sangat terbuka.
Kesimpulan: Sinyal Peringatan Menuju Akhir 2025
Jadi, apakah penarikan 142 miliar SHIB ini sebuah berita baik atau buruk?
Jawabannya kompleks. Ya, ini dapat meredam tekanan jual jangka pendek. Namun, tidak, ini bukanlah fondasi yang kuat untuk pemulihan berkelanjutan.
Penarikan token dari bursa hanya satu sisi dari koin. Sisi lainnya adalah PERMINTAAN. Tanpa peningkatan permintaan yang nyata, penyusutan likuiditas ini justru menciptakan pasar yang tipis dan rapuh.
Baca juga: Risk Management dalam Copy Trading & Social Trading Platforms
Memasuki kuartal terakhir 2025, Shiba Inu berada di persimpangan jalan yang kritis. Penurunan likuiditas yang drastis bisa menjadi bumerang. Alih-alih menjadi pertanda stabilitas, kondisi ini justru dapat membuka pintu bagi instabilitas dan volatilitas ekstrem jika tidak diimbangi dengan sentimen positif, adopsi yang nyata, atau lonjakan permintaan dari pembeli besar. Investor disarankan untuk ekstra waspada dan memantau perkembangan permintaan serta sentimen pasar secara keseluruhan, ketimbang hanya berfokus pada angka arus keluar semata.
[…] Baca juga: 142 Miliar SHIB Menghilang dari Bursa, Ini Dampaknya bagi Harga dan Stabilitas Pasar […]