Tradingan – Jakarta, 27 Oktober 2025 — #Pasar #saham #global #mencatat #penguatan #signifikan #pada #awal #pekan ini. Sementara itu, aset-aset safe haven seperti emas dan obligasi melemah setelah muncul tanda-tanda mencairnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kondisi ini memberikan optimisme baru bagi investor di tengah pekan yang dipenuhi oleh pertemuan bank sentral utama dunia serta laporan keuangan dari raksasa teknologi global.
Baca juga: Bitcoin sebagai Jaminan Masa Depan: Mengubah Landasan Pasar Kredit Global Dimulai dari Lugano

Sinyal Positif dari Negosiasi Dagang AS-China
Pada Minggu (26/10), pejabat ekonomi tingkat tinggi dari AS dan Tiongkok dilaporkan telah menyepakati kerangka kerja untuk kesepakatan dagang baru. Kesepakatan tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pertemuan yang dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan akhir pekan ini.
Jika kesepakatan tercapai, maka kebijakan tarif tinggi AS terhadap impor Tiongkok serta kontrol ekspor rare earth oleh Tiongkok kemungkinan besar akan ditangguhkan. Langkah ini dinilai dapat mengurangi ketegangan yang selama ini membayangi hubungan dagang dua ekonomi terbesar dunia, sekaligus meningkatkan kepercayaan investor global.
Kinerja Saham Global Menguat
Bursa saham Eropa mencatat kenaikan tipis, dengan indeks STOXX 600 naik 0,1% dan bertahan di dekat rekor tertingginya. Penguatan ini mengikuti tren positif di bursa saham Asia, yang mengalami reli kuat sejak pagi.
Di sisi lain, futures saham AS juga menunjukkan lonjakan signifikan. Kontrak berjangka Nasdaq naik 1,4%, sementara S&P 500 futures meningkat 0,9%. Menurut Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo, para investor kini menantikan bukti nyata bahwa gencatan dagang tersebut benar-benar bertahan dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi global.
George Boubouras, Direktur K2 Asset Management, menambahkan bahwa pelaku pasar tampak puas dengan arah positif negosiasi AS-China. “Selama beberapa bulan terakhir, pasar sudah terbiasa dengan dinamika negosiasi tarif global dan menganggap sebagian besar komentar publik hanyalah bagian dari strategi negosiasi,” ujarnya.
Yuan Menguat, Dolar AS Berpotensi Melemah
Optimisme terhadap kesepakatan dagang turut mendorong penguatan mata uang yuan Tiongkok, yang pada Senin (27/10) menyentuh level tertinggi dalam lebih dari satu bulan di posisi 7,1091 per dolar AS.
Sebelum pasar dibuka, People’s Bank of China (PBoC) menetapkan kurs tengah di level 7,0881 per dolar — posisi terkuat sejak 15 Oktober 2024 dan lebih kuat dari perkiraan analis Reuters di 7,1146.
Menurut Derek Halpenny, Kepala Riset MUFG, jika kesepakatan dagang benar-benar tercapai, yuan masih berpotensi melanjutkan penguatannya. Ia juga menilai kondisi pasar yang lebih positif serta ekspektasi pertumbuhan global yang membaik dapat menekan nilai dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Baca juga: Bukan Harga Murah, Ini Misi XRP Sebagai Jembatan Keuangan Global Menurut Versan Aljarrah
Harga Emas dan Obligasi AS Melemah
Seiring meningkatnya selera risiko investor, harga emas dunia turun 2% menjadi USD 4.028 per ons, sementara harga obligasi pemerintah AS juga melemah. Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun naik 2,7 basis poin menjadi 4,024%.
Komoditas pertanian seperti kedelai, gandum, dan jagung juga mengalami kenaikan harga, seiring optimisme bahwa kesepakatan dagang dapat meningkatkan volume ekspor dan permintaan global.
Fokus Investor Beralih ke Pertemuan Bank Sentral Global
Selain isu perdagangan, perhatian pasar minggu ini akan tertuju pada serangkaian pertemuan bank sentral besar, termasuk di Jepang, Kanada, Eropa, dan Amerika Serikat.
Pasar memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Langkah ini didorong oleh data inflasi AS yang naik lebih rendah dari perkiraan pada September, meskipun dampak penutupan pemerintahan (government shutdown) masih menjadi faktor ketidakpastian.
Sementara itu, dolar AS bertahan di level 152,71 yen — mendekati tertinggi dua minggu terakhir. Euro naik tipis 0,15% ke posisi USD 1,1644.
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini. Namun, BoJ kemungkinan akan mempertimbangkan peluang kenaikan suku bunga jika risiko resesi akibat tarif dagang semakin berkurang, meski faktor politik domestik bisa menahan langkah tersebut.
Laporan Keuangan Raksasa Teknologi Menjadi Sorotan
Pekan ini juga menjadi periode tersibuk musim laporan keuangan di AS. Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft (MSFT), Apple (AAPL), Alphabet (GOOG), Amazon (AMZN), dan Meta Platforms (META) dijadwalkan merilis laporan keuangan mereka.
Meski keunggulan laba kelompok “Magnificent Seven” mulai menyempit dibanding perusahaan lain, mereka tetap diperkirakan mencatatkan pertumbuhan laba yang kuat. Banyak dari perusahaan ini juga menjadi pemain utama dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang selama setahun terakhir menjadi pendorong utama performa pasar saham global.
Baca juga: Ethereum (ETH) Melonjak 6%, Analis Prediksi Menuju $5.000: Ini Faktor Pendukung dan Level Kunci!
Kesimpulan: Optimisme Pasar di Tengah Dinamika Global
Secara keseluruhan, awal pekan ini menunjukkan bahwa sentimen positif investor global kembali menguat. Harapan akan tercapainya kesepakatan dagang AS-China, ditambah kebijakan moneter yang akomodatif dari berbagai bank sentral utama, memberikan sinyal stabilitas baru bagi pasar keuangan dunia.
Namun, para analis tetap mengingatkan bahwa kondisi ini masih bergantung pada hasil nyata dari negosiasi politik dan kebijakan moneter mendatang. Volatilitas pasar masih mungkin terjadi, terutama menjelang rilis data ekonomi AS dan laporan laba perusahaan teknologi besar.




[…] Baca juga: Pasar Saham Global Menguat di Tengah Meredanya Ketegangan Dagang AS-China dan Fokus pada Pertemuan B… […]