Tradingan – Tahun 2025 menjadi saksi #kesuksesan #peluncuran #RLUSD, stablecoin dollar AS milik Ripple. #Aset #digital ini #melesat dengan #kapitalisasi pasar hampir $789 juta, menegaskan posisinya sebagai salah satu aset dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah crypto. Diluncurkan akhir 2024 untuk mendukung pembayaran lintas batas, tokenisasi, dan aplikasi DeFi (Keuangan Terdesentralisasi), RLUSD telah berhasil menarik minat raksasa institusi seperti DBS Bank dan Franklin Templeton.
Baca juga: Nomura Pacu Ekspansi Crypto di Jepang: Laser Digital Ajukan Izin Trading di Tengah Ledakan Pasar
Namun, di balik headline pertumbuhan yang gemilang ini, tersembunyi sebuah realitas yang sering terabaikan: sebagian besar pasokan RLUSD justru “hidup” di jaringan Ethereum, bukan di XRP Ledger (XRPL) yang merupakan blockchain native Ripple sendiri. Fakta ini memicu pertanyaan kritis tentang strategi Ripple dan dampak sesungguhnya dari RLUSD terhadap nilai fundamental XRP.
Dominasi Mutlak Ethereum dalam Pasokan RLUSD
Data analytics platform DefiLlama mengungkapkan fakta mengejutkan: lebih dari $700 juta atau sekitar 88% dari total pasokan RLUSD beredar di jaringan Ethereum. Sementara itu, kurang dari $90 juta yang beredar di XRPL. Kesenjangan yang lebar ini menunjukkan ke mana arah adopsi dan likuiditas RLUSD benar-benar mengalir.
Yang lebih memprihatinkan bagi komunitas XRP adalah tren penerbitan (minting) RLUSD. Sejak awal 2025, penerbitan RLUSD baru hampir secara eksklusif dilakukan di atas jaringan Ethereum. Pergeseran strategi ini mengikis narasi awal Ripple yang menjadikan XRPL sebagai infrastruktur inti untuk ekosistem stablecoin mereka.
Visualisasi Dominasi Ethereum vs. XRPL untuk RLUSD

Kekecewaan Komunitas XRP: Utilitas yang Dijanjikan vs. Realita
Dominasi Ethereum ini telah memicu gelombang kekecewaan dan kecemasan di kalangan pemegang XRP. Selama bertahun-tahun, komunitas percaya bahwa adopsi stablecoin Ripple akan secara langsung menerjemahkan menjadi peningkatan permintaan untuk XRP.
Logika ini berdasar: setiap transaksi di XRPL, termasuk yang melibatkan RLUSD, memerlukan pembayaran biaya gas (fee) dalam XRP. Investor berharap pertumbuhan volume transaksi RLUSD akan mendorong pembakaran (burn) XRP yang signifikan, mengurangi suplai yang beredar, dan pada akhirnya meningkatkan utilitas serta nilai token.
Namun, realitanya berbeda. Karena 88% aktivitas RLUSD terjadi di Ethereum, sebagian besar transaksi tersebut sama sekali tidak menyentuh XRPL dan karenanya tidak membutuhkan XRP.
Baca juga: Carry Trade di Forex: Masih Relevan di Era Suku Bunga Global Naik Turun?
Suara dari Komunitas
Zach Rynes, seorang liaison komunitas Chainlink, menyuarakan sentimen yang banyak beredar. Ia menunjukkan bahwa tingkat pembakaran XRP dari transaksi RLUSD sangatlah kecil jika dibandingkan dengan total suplai XRP.
“RLUSD pada dasarnya menggantikan kebutuhan akan XRP untuk transaksi lintas batas. Lebih dari 80% RLUSD ada di Ethereum. Ethereum tidak menggunakan XRP. Pemegang XRP tidak menerima pendapatan apa pun dari RLUSD,” tulis Rynes.
Sebuah cerita dari pengguna jfab.eth semakin memperkuat narasi kekecewaan ini: “Seorang pemegang XRP lama menemukan fakta bahwa RLUSD hidup di Ethereum. Dia terkejut dan bertanya-tanya, ‘lalu apa gunanya Ripple?’ Dia kemudian menukar XRP-nya dengan LINK dan ETH.”
Dilema Strategis Ripple: Membangun Jembatan atau Mengasingkan Basis?
Di tengah kontroversi ini, Ripple terus mempromosikan RLUSD sebagai jembatan antara Keuangan Tradisional (TradFi) dan DeFi. Use case-nya diperluas ke area yang lebih kompleks seperti dana pasar uang yang ditokenisasi dan transaksi repo.
Kemitraan strategis dengan nama-nama besar seperti DBS, Franklin Templeton, SBI Holdings, dan fintech Afrika telah mendongkrak adopsi, mendorong kapitalisasi pasar stablecoin ini naik sepuluh kali lipat hanya dalam setahun.
Visualisasi Pertumbuhan Kapitalisasi Pasar RLUSD (2024-2025)

Namun, “jejak Ethereum” yang berat pada RLUSD menantang narasi inti Ripple bahwa XRPL adalah tulang punggung ekosistem mereka. Integrasi dengan Ethereum memang membuka akses ke likuiditas DeFi yang jauh lebih besar, pool likuiditas yang lebih dalam, dan interoperabilitas dengan ribuan aplikasi terdesentralisasi (dApps). Dari perspektif bisnis murni, keputusan ini sangat masuk akal untuk mempercepat adopsi RLUSD.
Namun, konsekuensinya adalah produk andalan Ripple justru tumbuh dengan cara yang tidak langsung mendukung pemegang XRP. Hal ini menciptakan dilema strategis: apakah Ripple harus memprioritaskan pertumbuhan RLUSD di ekosistem yang lebih luas (Ethereum) atau kembali fokus membangun utilitas untuk komunitas intinya di XRPL?
Peta Persaingan Stablecoin yang Ketat
Terlepas dari pertumbuhan pesatnya, RLUSD masih harus berhadapan dengan kompetitor yang sangat tangguh. Dalam laga stablecoin, RLUSD masih tertinggal dari pesaing seperti:
- PYUSD milik PayPal
- BUIDL milik BlackRock
- WLF Stablecoin
Tabel Perbandingan Stablecoin Institusional (Perkiraan Q3 2025)
| Nama Stablecoin | Penerbit | Market Cap (Perkiraan) | Blockchain Dominan |
|---|---|---|---|
| RLUSD | Ripple | $789 Juta | Ethereum |
| PYUSD | PayPal | ~$2 Miliar | Ethereum |
| BUIDL | BlackRock | ~$5 Miliar | Ethereum (dan lainnya) |
| USDC | Circle | ~$30 Miliar | Multi-chain |
Masa Depan RLUSD, XRPL, dan XRP
Pertumbuhan RLUSD yang spektakuler adalah sebuah kesuksesan tak terbantahkan bagi Ripple dalam memasuki pasar stablecoin yang sangat kompetitif. Namun, kesuksesan ini datang dengan trade-off yang signifikan.
Untuk Ripple, tantangannya adalah menyeimbangkan antara kebutuhan taktis untuk berintegrasi dengan ekosistem besar seperti Ethereum dengan komitmen jangka panjang untuk membangun XRPL. Masa depan RLUSD mungkin terletak pada model multi-chain yang lebih seimbang, di mana Ripple secara aktif mendorong penerbitan dan likuiditas di XRPL tanpa mengisolasi diri dari likuiditas DeFi global.
Baca Juga: Grid Trading di Kripto: Antara Bot Trading & Manual Execution
Untuk komunitas XRP, dominasi Ethereum atas RLUSD adalah sebuah peringatan keras bahwa tidak semua inovasi dari Ripple akan secara otomatis menguntungkan harga XRP. Komunitas kini dituntut untuk lebih kritis dan mendalam dalam menganalisis dampak setiap produk Ripple terhadap utilitas XRP yang sesungguhnya.
Revelasi bahwa 88% RLUSD beredar di Ethereum bukanlah akhir dari cerita, melainkan babak baru yang memicu disilusi sekaligus debat yang sehat. Bagaimana Ripple menanggapi kekhawatiran ini dan membangun jalan ke depan akan menentukan tidak hanya masa depan RLUSD, tetapi juga hubungannya dengan komunitas inti yang telah mendukungnya selama ini.




[…] Baca juga: RLUSD Ripple Capai $789 Juta, Namun Dominasi Ethereum Picu Dilema bagi XRP […]
[…] Baca juga: RLUSD Ripple Capai $789 Juta, Namun Dominasi Ethereum Picu Dilema bagi XRP […]