#Tradingan – #Risk Budgeting: Membagi Risiko untuk Beberapa #Strategi Sekaligus – Dalam dunia #investasi maupun #trading, #manajemen risiko adalah fondasi utama untuk menjaga keberlangsungan modal. Salah satu pendekatan yang semakin populer digunakan oleh investor institusi maupun individu adalah risk budgeting, yaitu metode membagi alokasi risiko pada berbagai strategi investasi sekaligus, bukan hanya mengukur berdasarkan jumlah modal yang diinvestasikan.
Baca Juga: FAP Agri ( FAPA)

Apa Itu Risk Budgeting?
Secara sederhana, risk budgeting adalah teknik alokasi risiko dengan menetapkan “anggaran risiko” untuk tiap strategi, aset, atau portofolio. Fokus utamanya bukan pada jumlah dana yang ditempatkan, tetapi pada besaran risiko yang bersedia ditanggung dari strategi tersebut.
Dengan kata lain, bukan pertanyaan “berapa modal yang saya taruh di sini?”, melainkan “berapa risiko yang saya izinkan untuk strategi ini dalam keseluruhan portofolio saya?”.
Mengapa Risk Budgeting Penting?
- Diversifikasi Risiko yang Lebih Adil
Alokasi modal sering kali tidak mencerminkan alokasi risiko. Misalnya, meski dua strategi sama-sama diberi modal 50%, volatilitas salah satunya mungkin jauh lebih tinggi, sehingga kontribusi risikonya lebih besar. Risk budgeting memastikan setiap strategi memiliki porsi risiko sesuai perencanaan. - Mengurangi Konsentrasi Risiko
Tanpa pengendalian, satu strategi berisiko tinggi bisa mendominasi portofolio. Dengan risk budgeting, dominasi ini dapat diminimalkan. - Meningkatkan Konsistensi Hasil
Portofolio dengan alokasi risiko yang seimbang cenderung memberikan return yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Maha Properti (MPRO)
Cara Menerapkan Risk Budgeting
- Identifikasi Strategi atau Aset
Tentukan strategi yang akan digunakan, misalnya: trading saham, obligasi, forex, kripto, atau komoditas. - Hitung Risiko Masing-Masing
Risiko bisa diukur dengan volatilitas historis, Value-at-Risk (VaR), atau drawdown maksimum. - Tetapkan Anggaran Risiko (Risk Budget)
Misalnya, Anda punya toleransi risiko portofolio sebesar 10%. Dari jumlah ini, Anda bisa membaginya:- Saham: 40% dari total risiko
- Obligasi: 20%
- Forex: 25%
- Kripto: 15%
- Sesuaikan Alokasi Modal Berdasarkan Risiko
Setelah risk budget ditentukan, alokasi modal disesuaikan agar kontribusi risiko sesuai rencana. Strategi berisiko tinggi akan mendapat porsi modal lebih kecil, sementara strategi berisiko rendah bisa mendapat porsi modal lebih besar. - Pantau dan Rebalancing
Risiko portofolio dinamis seiring perubahan volatilitas pasar. Oleh karena itu, perlu evaluasi rutin untuk menjaga agar risk budget tetap sesuai target.
Contoh Sederhana
Seorang trader memiliki modal Rp100 juta dengan toleransi risiko maksimal 10% (Rp10 juta). Ia menggunakan tiga strategi:
- Saham (volatilitas moderat) → dialokasikan 50% risiko (Rp5 juta).
- Forex (volatilitas tinggi) → dialokasikan 30% risiko (Rp3 juta).
- Kripto (sangat volatil) → dialokasikan 20% risiko (Rp2 juta).
Dengan pendekatan risk budgeting, trader tidak otomatis menaruh modal sama rata. Modal pada kripto mungkin lebih kecil dibanding saham, tetapi kontribusi risikonya tetap proporsional sesuai “budget” yang sudah ditentukan.
Baca Juga: Allo Bank (BBHI)
Kesimpulan
Risk budgeting adalah pendekatan modern dalam manajemen portofolio yang berfokus pada pembagian risiko, bukan sekadar pembagian modal. Dengan strategi ini, investor dapat:
- Menyeimbangkan kontribusi risiko antar strategi.
- Menghindari dominasi risiko dari satu aset saja.
- Mencapai hasil investasi yang lebih konsisten dan terkendali.
Bagi trader maupun investor jangka panjang, risk budgeting bisa menjadi kerangka penting dalam membangun portofolio yang sehat, adaptif, dan tahan menghadapi volatilitas pasar.
[…] Baca Juga: Risk Budgeting: Membagi Risiko untuk Beberapa Strategi Sekaligus […]