#Tradingan – Mengelola Akun #Trading Multi-Strategi agar Tidak Saling Bertabrakan – Dalam dunia #trading yang semakin kompleks dan dinamis, banyak trader profesional maupun semi-profesional mulai menggunakan pendekatan #multi-strategi. Artinya, mereka tidak hanya mengandalkan satu sistem atau gaya trading saja, tetapi mengombinasikan beberapa #strategi berbeda—misalnya strategi #tren jangka panjang, #scalping intraday, dan trading berbasis berita.
Pendekatan ini memungkinkan diversifikasi sumber profit dan pengelolaan risiko yang lebih seimbang. Namun, jika tidak dikelola dengan hati-hati, strategi-strategi tersebut bisa “bertabrakan”, saling meniadakan keuntungan, bahkan menyebabkan kerugian besar akibat tumpang tindih posisi.
Baca Juga: Dynamic Risk Control: Menyesuaikan Risiko Berdasarkan Volatilitas Market
Untuk menghindari hal tersebut, dibutuhkan sistem manajemen akun trading multi-strategi yang terencana, terpisah, dan disiplin. Berikut panduan lengkap untuk mengelola akun multi-strategi agar tetap sinkron dan saling mendukung.

1. Pahami Konsep dan Tujuan Multi-Strategi
Multi-strategi bukan sekadar menggunakan banyak sistem trading sekaligus, tetapi menciptakan portofolio strategi yang mampu menghadapi kondisi pasar berbeda.
Contohnya:
- Strategi tren (trend following): efektif saat pasar bergerak dalam arah yang jelas.
- Strategi range atau mean reversion: digunakan ketika harga cenderung berosilasi di kisaran tertentu.
- Strategi news trading: berfokus pada pergerakan cepat saat rilis data ekonomi penting.
Tujuan utama dari kombinasi ini adalah diversifikasi performa. Jika satu strategi sedang underperform karena kondisi pasar tidak cocok, strategi lain bisa memberikan penyeimbang. Dengan kata lain, multi-strategi membantu menjaga stabilitas ekuitas dalam jangka panjang.
Namun, tanpa manajemen yang rapi, strategi-strategi ini bisa saling mengganggu—misalnya satu strategi membuka posisi buy pada pasangan mata uang yang sama ketika strategi lain sedang membuka posisi sell. Inilah sebabnya disiplin struktur menjadi kunci utama.
2. Pisahkan Akun untuk Setiap Strategi
Langkah paling efektif dalam menghindari benturan antarstrategi adalah memisahkan akun trading untuk masing-masing sistem.
Misalnya:
- Akun A → khusus strategi tren jangka menengah.
- Akun B → khusus scalping dengan frekuensi tinggi.
- Akun C → khusus trading saat berita fundamental besar.
Pemilahan ini memiliki dua keuntungan utama. Pertama, setiap akun memiliki profil risiko dan parameter berbeda (misalnya leverage, ukuran lot, dan margin). Kedua, performa setiap strategi dapat dievaluasi secara terpisah, sehingga mudah menentukan strategi mana yang paling konsisten.
Beberapa broker bahkan menyediakan fitur Multi-Account Manager (MAM) atau sub-account system, yang memudahkan trader memonitor semua akun dalam satu panel. Ini membuat pengelolaan menjadi efisien tanpa perlu berpindah platform secara manual.
Baca Juga: Konfirmasi Entry Menggunakan Volume Profile & Delta Volume
3. Buat Alokasi Modal yang Proporsional
Mengelola modal pada sistem multi-strategi memerlukan pendekatan risk budgeting atau pembagian modal berdasarkan karakteristik risiko masing-masing strategi.
Sebagai contoh:
- Strategi tren jangka panjang → alokasi 50% modal (risiko per posisi lebih besar, frekuensi rendah).
- Scalping intraday → alokasi 30% modal (risiko kecil, frekuensi tinggi).
- News trading → alokasi 20% modal (potensi profit besar, tetapi volatilitas ekstrem).
Jangan membagi modal secara rata hanya karena ingin “adil”. Setiap strategi memiliki profil drawdown yang berbeda. Dengan pembagian proporsional, kerugian di satu strategi tidak akan membahayakan keseluruhan portofolio.
4. Hindari Tumpang Tindih Aset dan Timeframe
Kesalahan umum trader multi-strategi adalah menggunakan strategi berbeda pada aset atau timeframe yang sama. Akibatnya, dua sistem bisa saling meniadakan. Misalnya:
- Strategi A membuka posisi buy EUR/USD berdasarkan tren daily.
- Strategi B membuka posisi sell EUR/USD di timeframe M15 berdasarkan sinyal jangka pendek.
Hasilnya, profit dari satu sistem bisa terhapus oleh kerugian di sistem lain.
Untuk menghindarinya, buat pemisahan yang jelas:
- Strategi tren → fokus pada EUR/USD (timeframe D1).
- Scalping → fokus pada GBP/USD (timeframe M5).
- News trading → fokus pada XAU/USD atau indeks USD.
Dengan pembagian aset dan timeframe yang berbeda, setiap strategi dapat berjalan secara independen tanpa saling mengganggu.
5. Lakukan Tracking dan Evaluasi Secara Terpisah
Evaluasi performa setiap strategi harus dilakukan secara independen. Hindari mencampur seluruh hasil trading dalam satu laporan, karena hal itu akan menyulitkan analisis performa.
Gunakan alat bantu seperti:
- Myfxbook, FX Blue, atau TradeLocker Analytics untuk memantau performa tiap akun.
- Jurnal trading digital (misalnya Edgewonk atau Notion) untuk mencatat konteks transaksi: kondisi pasar, alasan entry-exit, dan strategi yang digunakan.
Dari data tersebut, Anda bisa menentukan strategi mana yang paling efisien dan mana yang perlu disesuaikan. Pendekatan ini akan memperkuat kontrol dan akurasi evaluasi performa keseluruhan.
6. Terapkan Manajemen Risiko Global
Selain risiko per strategi, penting juga untuk menetapkan batas risiko total (global drawdown limit) untuk seluruh portofolio trading.
Contohnya:
- Maksimal kerugian harian: 2% dari total modal.
- Maksimal kerugian mingguan: 5%.
- Auto stop trading jika total floating loss mencapai 3%.
Aturan global ini berfungsi sebagai “rem darurat”. Ketika salah satu strategi mengalami drawdown ekstrem, sistem otomatis menghentikan aktivitas agar kerugian tidak menular ke strategi lain. Ini membantu menjaga kelangsungan portofolio dalam jangka panjang.
Baca Juga: Trading Menggunakan Supply & Demand Zone Secara Objektif
7. Gunakan Automasi dengan Hati-Hati
Banyak trader menggunakan Expert Advisor (EA) atau sistem algoritmik untuk menjalankan beberapa strategi sekaligus. Meski praktis, automasi justru dapat menjadi bumerang jika tidak dikonfigurasi dengan benar.
Pastikan setiap EA:
- Tidak menggunakan aset dan timeframe yang sama.
- Mengikuti batasan risiko global yang telah ditetapkan.
- Menyimpan log terpisah untuk setiap strategi.
Sebelum diterapkan di akun real, lakukan backtest dan forward test untuk menguji kompatibilitas antarstrategi. Dengan uji coba yang ketat, Anda bisa memastikan bahwa sistem berjalan selaras dan saling mendukung.
Kesimpulan
Mengelola akun trading multi-strategi membutuhkan struktur, disiplin, dan transparansi tinggi. Kuncinya adalah memisahkan akun, mengatur modal secara proporsional, menghindari tumpang tindih aset, serta menjaga batas risiko global.
Dengan manajemen yang baik, pendekatan multi-strategi bukan hanya membantu meminimalkan risiko, tetapi juga menciptakan portofolio yang tangguh menghadapi berbagai kondisi pasar. Hasil akhirnya adalah sistem trading yang stabil, adaptif, dan lebih konsisten menghasilkan profit jangka panjang.
[…] Baca Juga: Mengelola Akun Trading Multi-Strategi agar Tidak Saling Bertabrakan […]
[…] Baca Juga: Mengelola Akun Trading Multi-Strategi agar Tidak Saling Bertabrakan […]