#Tradingan – #Perbandingan Fundamental Kripto #Layer-1 (#ETH, #SOL, #ADA): Siapa yang Paling Sustain? – Seiring semakin matangnya ekosistem aset #kripto, pertanyaan yang sering muncul di kalangan investor adalah: mana #blockchain Layer-1 yang paling berkelanjutan (sustain)? Tiga nama besar yang sering dibandingkan adalah Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Cardano (ADA). Ketiganya sama-sama menawarkan smart contract, ekosistem aplikasi terdesentralisasi (dApps), serta visi jangka panjang. Namun dari sisi #fundamental—mulai dari mekanisme konsensus, efisiensi energi, skalabilitas, hingga ekosistem—mereka punya pendekatan berbeda.
Baca Juga: Menganalisis Tokenomics: Supply Burn vs Inflationary Model
Artikel ini akan mengulas perbandingan ketiganya untuk melihat siapa yang paling sustain, baik dari segi teknologi maupun prospek masa depan.

1. Mekanisme Konsensus dan Efisiensi Energi
Ethereum (ETH)
Ethereum awalnya berjalan dengan Proof-of-Work (PoW), namun sejak The Merge pada September 2022, jaringan beralih ke Proof-of-Stake (PoS). Perubahan ini membuat konsumsi energi turun lebih dari 99%. Sebelum The Merge, Ethereum dikenal boros energi hampir setara dengan negara kecil, tetapi kini jauh lebih ramah lingkungan. Selain itu, mekanisme baru membuat ETH cenderung deflasi berkat pembakaran biaya transaksi (EIP-1559).
Solana (SOL)
Solana menggunakan kombinasi Proof-of-History (PoH) dengan PoS. PoH memungkinkan pencatatan waktu transaksi dengan efisien sehingga jaringan dapat memproses puluhan ribu transaksi per detik (TPS). Dari sisi energi, Solana tergolong hemat: satu transaksi diestimasikan hanya membutuhkan sekitar 0,166 Wh, lebih kecil dibanding menyalakan lampu LED selama satu menit.
Cardano (ADA)
Cardano sejak awal dirancang dengan konsensus Ouroboros Proof-of-Stake, hasil penelitian akademis yang mengutamakan efisiensi energi. Konsumsi energinya jauh lebih kecil dibanding Ethereum atau Solana, dengan estimasi tahunan hanya sekitar 6 GWh, sementara Bitcoin bisa mencapai lebih dari 100 TWh. Cardano juga menekankan komitmen menuju carbon-neutral blockchain di masa depan.
Ringkasan: Dari sisi energi, Cardano paling ramah lingkungan, diikuti Ethereum pasca-Merge, lalu Solana yang walau efisien per transaksi tetap menanggung beban besar karena throughput tinggi.
2. Skalabilitas, Kecepatan, dan Biaya
Ethereum
Layer-1 Ethereum relatif lambat, hanya sekitar 15 transaksi per detik. Biaya gas di saat padat bisa mencapai belasan dolar. Namun, Ethereum mengandalkan Layer-2 scaling solutions seperti Optimism, Arbitrum, dan zkSync. Upgrade terbaru seperti Dencun (Maret 2024) membawa proto-danksharding yang menurunkan biaya L2 drastis.
Solana
Keunggulan Solana adalah kecepatan: klaim mencapai 65.000 TPS dengan biaya nyaris nol (sekitar $0,00025 – $0,01). Kecepatan ini membuat Solana populer untuk DeFi, NFT, hingga gaming. Namun, masalah historis berupa outage jaringan sempat merusak reputasi. Meski sejak 2024 stabil, keraguan soal keandalan masih ada.
Cardano
Cardano lebih konservatif, dengan kapasitas native sekitar 250 TPS, tetapi memiliki solusi Hydra untuk meningkatkan skalabilitas hingga ribuan TPS di masa depan. Biaya transaksi berada di kisaran $0,1 – $0,3, relatif terjangkau tapi tidak seefisien Solana. Fokus utama Cardano adalah keamanan dan stabilitas, bukan kecepatan semata.
Ringkasan: Solana unggul dalam kecepatan dan biaya, Ethereum masih andalkan L2 untuk menutupi kekurangan L1, sedangkan Cardano memilih pendekatan lambat tapi stabil.
Baca Juga: Menggunakan On-Chain Whale Tracking untuk Prediksi Harga
3. Desentralisasi dan Keandalan Jaringan
- Ethereum: Dengan lebih dari satu juta validator, Ethereum relatif terdesentralisasi. Namun, dominasi platform staking besar seperti Lido atau bursa kripto menimbulkan potensi sentralisasi.
- Solana: Memiliki hambatan tinggi bagi validator karena butuh hardware kuat. Akibatnya, distribusi validator kurang merata. Solana juga punya sejarah outage berkali-kali, walau tim mengklaim perbaikan signifikan.
- Cardano: Salah satu blockchain paling terdesentralisasi, dengan ribuan stake pool yang bisa dijalankan pengguna biasa. Sejak diluncurkan, Cardano belum pernah mengalami outage.
Ringkasan: Dari aspek desentralisasi dan reliabilitas, Cardano unggul, Ethereum menyusul, sementara Solana masih tertinggal.
4. Ekosistem dan Adopsi
Ethereum
Ethereum tetap menjadi raja ekosistem kripto. DeFi, NFT, DAO, hingga stablecoin sebagian besar berakar di Ethereum atau kompatibel dengan EVM. Developer terbanyak juga berada di jaringan ini. Upgrade berkelanjutan membuat Ethereum tetap adaptif meski persaingan ketat.
Solana
Solana sedang naik daun berkat ekosistem NFT dan DeFi dengan biaya rendah. Jumlah developer baru yang masuk ke Solana meningkat tajam pada 2024. Selain itu, proyek-proyek gaming dan integrasi dengan AI banyak lahir di sini. Namun, reputasi soal downtime masih jadi bayangan.
Cardano
Cardano mengusung pendekatan akademis dan pengembangan berbasis riset. Ekosistem DeFi dan NFT-nya tumbuh, tetapi relatif lebih lambat. Namun, Cardano unggul dalam aplikasi nyata di negara berkembang, misalnya untuk identitas digital, pendidikan, dan sektor pertanian.
Ringkasan: Ethereum paling matang, Solana paling dinamis, Cardano paling fokus pada use case sosial dan real-world utility.
5. Tokenomik dan Ekonomi
- Ethereum (ETH): Supply relatif fleksibel dengan mekanisme burning. Pasca-Merge, ETH cenderung deflasi. Staking memerlukan 32 ETH per validator, tetapi layanan staking pool membuat akses lebih mudah.
- Solana (SOL): Tidak memiliki supply maksimal. Inflasi awal sekitar 8% per tahun, dikurangi secara bertahap. Ada mekanisme burning dari biaya transaksi.
- Cardano (ADA): Supply maksimum 45 miliar ADA, dengan inflasi rendah sekitar 2–3% per tahun. Staking mudah diakses siapa saja, membuat distribusi token lebih merata.
Ringkasan: Cardano unggul dalam prediktabilitas supply, Ethereum menarik karena potensi deflasi, sedangkan Solana lebih berisiko karena supply terbuka.
Baca Juga: Mengapa Lo Kheng Hong Borong Saham SIMP?
6. Siapa yang Paling Sustain?
Jika sustain diartikan secara lingkungan, ekonomi, dan teknologi, maka jawabannya tidak mutlak satu proyek saja.
- Cardano (ADA): Paling sustain dari sisi energi dan governance. Desentralisasi kuat, jarang bermasalah, cocok untuk investor jangka panjang yang mencari kestabilan.
- Solana (SOL): Paling sustain untuk kebutuhan aplikasi high-throughput seperti DeFi cepat, NFT, atau gaming. Namun, tantangan desentralisasi dan reliabilitas harus terus diperbaiki.
- Ethereum (ETH): Paling sustain dalam hal ekosistem dan adopsi. Meski mahal dan lebih lambat, upgrade berkelanjutan dan posisi sebagai pionir menjadikannya standar industri.
Kesimpulan
- Cardano unggul pada sustainability lingkungan dan desentralisasi.
- Solana unggul pada skala dan efisiensi biaya.
- Ethereum unggul pada ekosistem dan inovasi.
Dengan kata lain, ketiga blockchain Layer-1 ini membawa keunggulan masing-masing. Investor maupun developer sebaiknya menyesuaikan pilihan dengan prioritas: apakah mencari ekosistem matang (ETH), kinerja super cepat (SOL), atau keberlanjutan jangka panjang (ADA).




[…] Baca Juga: Perbandingan Fundamental Kripto Layer-1 (ETH, SOL, ADA): Siapa yang Paling Sustain? […]