Pasar Tenaga Kerja AS Stagnan di 2025, Sinyal Risiko untuk Saham dan Ekonomi 2026


Tradingan – #Pasar #tenaga #kerja #Amerika Serikat (AS) #menunjukkan #tanda-tanda #stagnasi yang #semakin #jelas #sepanjang #tahun 2025. Kondisi ini memicu kekhawatiran investor global karena berpotensi menjadi sinyal perlambatan ekonomi yang lebih dalam pada 2026, terutama bagi pasar saham dan sektor-sektor sensitif terhadap siklus ekonomi.

Laporan ketenagakerjaan terbaru untuk November mencatat kenaikan tingkat pengangguran secara tak terduga menjadi 4,6%, level tertinggi sejak pertengahan 2021. Angka ini melampaui ekspektasi pasar dan memperkuat persepsi publik bahwa risiko pengangguran dalam satu tahun ke depan semakin meningkat. Bagi investor, lonjakan pengangguran kerap menjadi indikator awal tekanan terhadap konsumsi dan kinerja emiten.

Baca juga; Strategy Bertahan di Nasdaq 100 Meski Dominasi Bitcoin dan Tekanan MSCI Meningkat

Pasar Tenaga Kerja AS Stagnan di 2025, Sinyal Risiko untuk Saham dan Ekonomi 2026

Penciptaan Lapangan Kerja Hampir Terhenti

Mengutip laporan dari finance.yahoo.com, penciptaan lapangan kerja di AS nyaris terhenti. Bahkan, pasar tenaga kerja diperkirakan kehilangan sekitar 41.000 pekerjaan secara kumulatif pada Oktober dan November. Kondisi ini memperlihatkan lemahnya permintaan tenaga kerja, seiring perusahaan mulai menahan ekspansi dan fokus pada efisiensi biaya.

Di saat yang sama, angka pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai menunjukkan tren kenaikan. Meski belum melonjak tajam, arah pergerakan ini cukup untuk menimbulkan kewaspadaan. Tingkat perekrutan juga berada di level terendah sejak awal pandemi Covid-19 dan periode pascakrisis keuangan global, mencerminkan sikap hati-hati dunia usaha.

Pasar Tenaga Kerja “Membeku”

Indeed Hiring Lab menilai kondisi pasar tenaga kerja AS saat ini berada dalam fase “membeku”. Dalam laporannya, lembaga tersebut menyebutkan bahwa persoalan utama bukan lagi soal kapan pasar tenaga kerja akan kembali menguat, melainkan apakah pasar tersebut akan mengalami retakan yang lebih serius.

Situasi ini menjadi perhatian penting bagi pelaku pasar saham, karena pasar tenaga kerja yang lemah berpotensi menekan laba perusahaan, menurunkan daya beli konsumen, dan meningkatkan volatilitas indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq.

Ketergantungan Tinggi pada Sektor Kesehatan

Salah satu sorotan utama dalam laporan ketenagakerjaan adalah ketergantungan pertumbuhan lapangan kerja pada sektor kesehatan. Hingga Agustus 2025, sektor ini menyumbang hampir setengah dari total pertumbuhan lapangan kerja di AS. Ketimpangan ini dinilai berisiko, karena jika sektor kesehatan mengalami perlambatan tanpa diimbangi pemulihan sektor lain, kondisi pasar tenaga kerja bisa memburuk dengan cepat.

Baca juga: Potensi Santa Claus Rally Dorong IHSG Akhir Tahun: Saham Big Caps hingga Komoditas Diproyeksi Menguat

Bagi investor saham, ketergantungan ini juga berarti konsentrasi risiko. Jika saham-saham sektor kesehatan terkoreksi, dampaknya bisa merembet ke sentimen pasar secara keseluruhan.

Rekrutmen Rendah, PHK Rendah Berlanjut

Para analis memperkirakan pola “rekrutmen rendah, pemecatan rendah” akan terus berlanjut dalam waktu dekat. Menurut para ahli Indeed Hiring Lab, skenario paling mungkin bukanlah perubahan drastis, melainkan perpanjangan dari kondisi pasar kerja yang lambat dan sangat selektif.

Lingkungan seperti ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi, di mana perusahaan enggan menambah karyawan namun juga belum melakukan PHK massal. Bagi pasar saham, kondisi tersebut sering kali menciptakan fase sideways dengan sentimen mudah berubah oleh data ekonomi.

Proyeksi The Fed dan Risiko ke Depan

Federal Reserve memproyeksikan tingkat pengangguran akan mencapai puncak sekitar 4,5% sebelum kembali menurun pada 2026. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell mengingatkan bahwa pasar tenaga kerja saat ini berada di bawah tekanan, dan penciptaan lapangan kerja secara riil bahkan berpotensi menjadi negatif.

Pernyataan ini menambah kekhawatiran di kalangan ekonom dan investor. Elise Gould dari Economic Policy Institute menyatakan bahwa kondisi awal tahun ini lebih lemah dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga bahkan resesi ringan pun dapat berdampak besar, terutama bagi kelompok masyarakat rentan.

Dampak pada Generasi Muda dan Prospek Jangka Panjang

Perlambatan pasar tenaga kerja juga berdampak signifikan pada generasi muda. Survei National Association of Colleges and Employers (NACE) menunjukkan lebih dari separuh perusahaan menilai prospek kerja lulusan tahun 2026 berada pada kategori buruk hingga sedang, dengan rencana perekrutan yang relatif stagnan.

Meski demikian, tidak semua pihak memandang situasi ini sebagai awal resesi. Aysegul Sahin dari Princeton University menilai perlambatan ini bisa mencerminkan fase ekspansi ekonomi yang sudah matang, ditambah pertumbuhan populasi yang melambat. Ia menyebut kondisi ini sebagai efek tertunda dari kebijakan “soft landing” The Fed yang dinilai cukup berhasil.

Kesimpulan untuk Investor Saham

Baca juga: IHSG Menguat ke 8.715, Saham DEWA, GOTO, dan BMRI Jadi Pendorong Utama pada Pembukaan Pasar 9 Desember 2025

Bagi investor pasar saham, stagnasi pasar tenaga kerja AS di 2025 menjadi sinyal penting untuk meningkatkan kewaspadaan. Meski belum mengarah pada resesi dalam waktu dekat, kombinasi rekrutmen rendah, ketergantungan sektor tertentu, dan meningkatnya risiko pengangguran dapat menjadi katalis volatilitas pasar pada 2026. Strategi defensif, seleksi saham berkualitas, dan pemantauan data ketenagakerjaan akan menjadi kunci dalam menghadapi fase ekonomi yang menantang ini.

Tinggalkan Komentar

Bonus & Hadiah

Penawaran Terbaik

Copyright © 2025 Tradingan.com | Theme by Topoin.com, powered Aopok.com, Sponsor Topbisnisonline.com - Piool.com - Iklans.com.