Salah satu aspek yang paling menarik dari DeFi adalah kemampuannya untuk memberikan imbal hasil tinggi melalui protokol peminjaman, likuiditas, dan staking. Misalnya, platform DeFi seperti Aave dan Compound memungkinkan pengguna untuk meminjamkan aset kripto mereka dan menerima bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang ditawarkan oleh bank tradisional. Sementara itu, staking di jaringan seperti Ethereum 2.0 memberikan imbal hasil bagi mereka yang bersedia mengunci aset kripto mereka untuk jangka waktu tertentu guna membantu mengamankan jaringan.
Namun, dengan potensi imbal hasil yang tinggi datang risiko yang besar. Investor harus waspada terhadap risiko smart contract (kontrak pintar) yang mungkin rentan terhadap peretasan, serta volatilitas harga yang bisa menyebabkan kerugian besar jika pasar bergerak melawan posisi mereka. Di sisi lain, risiko-risiko ini juga diimbangi dengan peluang besar bagi mereka yang memiliki pemahaman mendalam tentang bagaimana sistem DeFi bekerja.
Investor kaya sering kali berada dalam posisi yang menguntungkan untuk memanfaatkan ekosistem DeFi karena mereka memiliki akses ke likuiditas yang besar serta tim keuangan yang dapat menilai risiko dengan lebih hati-hati. DeFi memungkinkan mereka tidak hanya mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi tetapi juga mengelola portofolio mereka dengan cara yang lebih efisien dan terdesentralisasi. Dalam dunia keuangan tradisional, banyak dari layanan ini hanya tersedia melalui jaringan eksklusif dan membutuhkan biaya besar, tetapi dengan DeFi, hal-hal tersebut menjadi jauh lebih terjangkau dan transparan.
Dengan semakin banyaknya institusi keuangan besar yang mulai melirik DeFi, ini menandai awal dari perubahan struktural di pasar keuangan global. Tidak lagi hanya berbicara soal cryptocurrency sebagai aset spekulatif, melainkan tentang menciptakan seluruh ekosistem keuangan baru yang terdesentralisasi, tanpa batas, dan lebih inklusif.